Jayapura, SP - Pada 4 Desember akan diperingati sebagai hari krisis kemanusiaan Nduga yang akan diperingati setiap tahun oleh Masyarakat Nduga yang ada di Papua dan pada umumnya di Indonesia.
Tim relawan kemanusiaan Nduga, Benny Murib mengatakan pada 4 desember akan diperingati setiap tahun karena mengingat sejak tanggal 4 desember 2018 - 4 desember 2019, sudah terhitung 1 tahun dimana terjadi Krisis Kemanusiaan pada Masyarakat Nduga Papua akibat konflik bersenjata antara Tentara Pembahasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan antara gabungan Tentara nasional indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri).
“Tangga 4 Desember bagi kami bangsa Papua, suku Nduga, kami [akan] tetap memperingati bukan hanya tahun ini tapi dari tahun ke tahun bahwa inilah sejarah orang Nduga dan menjadi budaya kami untuk diperingati,” kata Benny Tim Relawan Kemanusiaan Nduga, Papua menjawab pertanyaan Jubi saat jumpa pers, Rabu (4/12/2019) di Jayapura, Papua.
Ia menjelaskan, 04 Desember memperingati sebagai konflik terpanjang dalam sejarah perjuangan bangsa Papua dan 1 tahun konflik bersenjata di Nduga, Papua. Duka Ndugama, duka terbesar Papua dari tahun ke tahun yang sedang berjalan dan Nduga bagian dari daerah Papua.
“Krisis kemanusian Nduga akan diperingati sebagai hari duka Ndugama setiap tahun" kata Benny Murib
Benny menambahkan, Perang yang terjadi di Nduga ini adalah perang besar dan bagi dunia tingkat internasional maka kami mendesak kepada Perserikan bangsa-bangsa untuk mencari solusi.
“Kami minta PBB segera mengambil langkah cepat untuk mengakhiri masalah [pelanggaran] Ham-Ham yang terjadi di wilayah Papua. Hari ini kita melakukan pemasangan lilin karena tanggal 4 desember hari tragedi kemanusian Ndugama dan perwakilan seluruh West Papua, 7 Desember Abe berdara, 8 Desember 2014 Paniai berdarah, Biak Berdarah, Wamena berdarah. Perwakilan semua kami pemasangan lilin memperingati yang sudah korban,” kata Benny Murib.
Sementara itu sekertaris Ikatan Pelajar dan Mahasiswa/i Nduga Se-Indonesia (IPMNI), kota Studi Jayapura, Remes Ubruangge menatakan kami yang mengalami tragedi kemanusiaan khusus kami Nduga, 4 Desember 2018 sampai sekarang dan bulan Desember merupakan bulan natal, tapi orang tua hingga anak-anak orang tua ada di Hutan hingga beberapa kabupaten yang ada tapi tidak diperhatikan Sampai saat ini dan Pemerintah dinilai tidak mampu dalam menyelesaikan Krisis kemanusian Nduga.
“Presiden tidak mampu untuk menyelesaikan kasus konflik bersenjata di Nduga apa lagi Papua besar ini. [Maka] Kami minta lembaga yang Independent untuk menangani kasus Nduga secara serius. Bukan selesaikan dengan pembangunan dan pemekaran provinsi," tegas Remes Ubruangge Sekertaris IPMNI.
Sementara itu, Ev. Erson Lokbere dalam khotbah Ibadah singkat sebelum pemasangan lilin itu mengatkan untuk memenangkan kebenaran itu butuh kesabaran sambil mengucapkan syukur bahwa ada rencana Tuhan yang indah untuk umatnya yang diderita.
“"Konflik Nduga mengingatkan kita agar melalui konflik ini, kita menjadi pribadi yang tangguh melalui konflik ini, bukan menjadi manusia kaleng-kaleng. Tapi kita selalu mensyukuri apa yang Tuhan memberikan kepada kita. Kita mengucap syukur karena kita layak untuk menderita. Karena kita memperjuangkan kebenaran itu. Bagaimanapun kebenaran akan diinjakinjak tetapi suatu saat kebenaran yang kita perjuangan pasti akan terbukti untuk kita hidup nyaman dan aman [Bebas],” kata Lokbere dalam Khotbah yang dikutib dari 1 Tesalonika 5:18a.
Dari pantauan Jubi, Kegaiatan ini diawali dengan ibadah dan pemasangan lilin mengingat 1 tahun tragedi kemanusian ini dihadiri oleh ratusan Mahasiswa Nduga dari Jayapura dan Mahasiswa Eksodus yang ada di Sentani Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura. (*)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !