Solidaritas Pelajar, Mahasiswa Dan Masyarakat Adat Ha Nim Tolak Radikalisme Key di Merauke Papua - Movie Papua
Headlines News Pasema

Home » , » Solidaritas Pelajar, Mahasiswa Dan Masyarakat Adat Ha Nim Tolak Radikalisme Key di Merauke Papua

Solidaritas Pelajar, Mahasiswa Dan Masyarakat Adat Ha Nim Tolak Radikalisme Key di Merauke Papua

Written By Admin on Tuesday, October 6, 2015 | 11:58 AM


SOLIDARITAS PELAJAR, MAHASISWA DAN MASYARAKAT ADAT HA ANIM PRO KEMAJUAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MUSAMUS MERAUKE DAN TOLAK RADIKALISME KEY, DI  MERAUKE-PAPUA
PRES RELEASE
Tentang Penangkapan dan Penyiksaan Mahasiswa Marind dan Dosen Musamus Merauke, atas Perintah Rektor (30/09/2015).
Membangun kerajaan Key di Merauke atau Papua merupakan selogan primordial, yang cenderung menjadi doktrik politik kelompok radikal Key yang mencari, mempertahankan dan menjalankan kekuasaan. Aktor utama kelompok radikal Key Merauke berada pada elit politik-akademik seperti Jorgen Betaubun (praktisi Golkar) dan Philipus Betaubun (Rektor Musamus Merauke). Pada tingkat provinsi Papua Komarudin Watubun (praktisi PDI-P provinsi) juga sebagai aktor intelektual yang memainkan peran-peran ganda untuk memainkan misi mewujudkan kerajaan Key di Papua. Hal yang terjadi misalkan terpilihnya, Onesimus Sahuleka sebagai Rektor UNCEN 2015. Dalam konteks kekuasaan Komarudin Watubun, yang juga dibesarkan di Merauke mempunyai koneksitas politik dengan Betaubun bersaudara. Romanus Baraka, yang merupakan bupati Merauke 2011-2015 dan berdarah Key-Kimaam selama kepemimpinanya terkoptasi dalam dokrin-doktrik Key sehingga tidak berdaya. Penempatan pejabat Esselon I-IV 80 persen berketurunan Key sebagai bukti ketidak berdayaan Romanus Mbaraka sebagai bupati Merauke.
Dengan kekuasaan Key, yang besar dalam Birokrasi maka kampus Musamus Merauke yang digagas oleh pastor pertama orang Papua Soter Nautje, Antonius Yawiraka, Yohanes Kunduka dan beberapa tokoh orang Marind diambilalih, serta Keynisasi kampus dari staf, dosen-kulih bangunan terjadi masif masa kepemimpinan Philipus Betaubun. Romanus Baraka, yang juga sebagai bupati Merauke meyelenggarakan kekuasaan kepala daerah atas perintah sesupuh Key Merauke. Kelompok radikal Key sangat nyaman dengan keberhasilan, yang diperoleh dalam segalah linih. Philipus Betaubun (Rektor Musamus Merauke) juga merasahkan hal yang sama sehingga dalam berbagai kebijakan kampus ia tidak sukan-sunkan mengambil kebijakan yang inkonstitusional. Kebijakan yang paling heroik mengskors (satu tahun) dosen Fakultas Hukum, Jeremis Matius Patty dan Mulyadi Alriyanto karena bersama 100 mahasiswa melaksanakan aksi bagi bungah di Libara dalam ranka memperingati hari Anti Korupsi Se-dunia pada 9 Desember 2014. 

Hal yang ditakuti Rektor Musamus terkait indikasi korupsi dalam kampus terpublikasi. Tidak hanya sampai disitu pada 30 September 2015 mahasiswa Fakultas Hukum Musamus Merauke, yang membuka mimbar bebas dengan Tema; Reformasi Birokrasi Kampus dan Transparansi Aggaran. Titik kampaye depan civitas academica, namun dalam pertengahan acara dibubarkan paksa oleh polisi-polisi Key-simpatisan, atas perintah Philipus Betaubun karena terjebak dalam primordialisme Key. Beberapa preman orang Key juga ikut dalam aksi brutal. Polisi-polisi Key dan premannya secara singkat; tanpa terduga menangkap, menganiaya dan memukul mahasiswa dengan balok, kayu dan benda tumpul lain sebagai bentuk pelangaran Hak Asas Manusia (HAM). Setelah itu, mereka dilarikan ke kantor polisi sektor kota (samping kantor DPRD Merauke). Romanus Mbaraka, yang dikonfirmasi untuk mengendalikan situasi itu, hanya membiarkan para mahasiswa-dosen, yang ditahan karena ia didukung kelompok radikal Key untuk maju dalam Pilkada Merauke Desember 2015. Kapolres, yang juga berdarah Key hanya mendukung kegiatan kelompok radikali Key di Merauke. 

Mahasiswa-dosen yang menjadi korban radikalisme Key Merauke yaitu Jeremis Matius Patty (dosen yang diskors retak salah satu tangan karena kenal pukulan balok), Thomas Kunay (mhs Musamus yang kena pukulan kayu dikepala), Antonius Kundumuya (mhs Manado yang kena pukulan balok dikepala belakang-tamparan), Kasimirus Kramu (mhs Makassar yang kena pukulan balok dibadan dan tumbukan tangan-tamparan), Idelfonsius Kahawanga (mhs Makassar yang kena pukulan balok dibadan dan tumbukan tangan-tamparan), sedangkan 10 mahasiswa Musamus Merauke, hanya mendapatkan luka-luka ringan dibadan dan tangan. Mereka semuanya, ditahan di polsek kota Merauke (samping kantor DPRD Merauke). 

Dengan kondisi ini, radikalisme Key, yang dengan dokrin membentuk kerajaan Key di Papua suda saatnya diperangi. Merauke merupakan fakta yang dapat terlihat hari ini. Kabupaten/kota dan provinsi di tanah Papua suda saatnya melawan hegemoni kelompok radikal Key, menguasai sumber-sumber kekuasaa dan anggaran. Datang ke Papua masa kolonial sebagai budak Belanda. Pada masa kemerdekaan Indonesia mengaku diri sebagai keturunan Key Papua dalam berdialektika, serta dalam berjejaring pada sektor pendidikan, birokrasi, kesehatan, hukum dan sektor yang lain dilakukan dengan penghayatan terhadap penderitan di Key. Polarisasi kepentingan kelompok radikal Key seperti mafia bombay, yang hidup dari cukong-cukong penguasa suatu rezim. Fakta Merauke sebuah pelajaran yang menarik untuk melihat kelompok radikal Key mencari makan di Papua. 

Dengan demikian sikap politik kami sebagai berikut:
1. Tangkap dan Turunkan Rektor Musamus Merauke, Philipus Betaubun karena harus bertanggungjawab terhadap pelanggaran HAM, yang terjadi pada; mahasiswa, Jeremis Matius Patty (dosen asal Flores Papua dan Mulyadi Alriyanto (dosen asal Jawa Papua), yang diskor karena membelah masalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Kampus Musamus Merauke.
2. Kapolre Merauke segerah bebaskan mahasiswa dan dosen, yang ditahan karena mengamankan kepentingan kelompok radikal Key di Merauke.
3. Presiden Joko Widodo segerah pecat rektor Musamus Philipus Betaubun dan Kapolres Mereauke, yang sengaja memelihara-mengembangkan kelompok radikal Key di kampus Musamus Merauke.
4. Presiden Joko Widodo segerah mengeluarkan perintah agar memberantas kelompok radikal Key di kabupaten Merauke pada khususnya dan Papua pada umumnya karena mengancam disintegrasi bangsa.
5. Presiden Joko Widodo segerah memerintahkan Polda Papua agar segerah proses hukum polisis, yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa Musamus Merauke-dosen karena mengamankan kelompok radikal Key di kampus Musamus Merauke. 
Demikilan peryataan sikap kami. Atas perhatiannya, kami sampaikan terimah kasih.

Salam Ha Anim Merauke-Papua@
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

pengunjung

Subscribers Channel


Translate Pasema

Member

Flag Counter
 
Design Website : Design Website IG | Piter Papua Youtube | Piter Papua Facebook
Website Owner Suara Pasema
Copyright © 2020. Movie Papua - All Rights Reserved
'>'>Papuans Behind Bars the Irons
Piter Papua terima Design Blog Or Website
"body"