KNPB saat gelar Doa dukungan di Markas pusat (Jubi/Mawel) |
Jayapura, Jubi –
Komite Nasional Papua Barap (KNPB) pusat memberikan satu kesimpulan perjalanan
perjuangan menghadapi pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia dinilai tidak
peduli dengan nyawa orang Papua yang bicara Papua merdeka ataupun tidak teriak
Papua merdeka. Orang Papua terus menjadi objek pembantaian.
” Ko bicara Papua merdeka atau tidak, ko pasti akan mati selagi
ko masih ada di tangan penjajah,”teriak Bazoka Logo, Juru Bicara KNPB pusat
dalam orasi aksi doa mendukung United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP) menjadi anggota Melanesian Spearhead Group yang berlangsung di Markas
Pusat KNPB, pinggiran Kamolker, Waena, Kota Jayapura, Papua, Rabu (24/6/2015).
Logo mencontohkan sejumlah kasus
pembunuhan orang Papua yang teriak Papua merdeka dan tidak. Pembunuhan empat
siswa 8 Desember 2014 di Pania, sebagai kelompok anak siswa yang tidak teriak
Papua Merdeka namun menjadi objek penembakan. Alasan penembakan tidak pernah
terungkap hingga hari ini.
“Mereka itu siswa biasa generasi penerus
bangsa saja sudah di bunuh,”ungkapnya serius “Apalagi mereka yang menerikan
Papua merdeka. Itu misi negara ini yang mementingkan kekayaan alam Papua dari
manusianya”.
Katanya, KNPB sudah mencatat 29 anggota
terbunuh dalam perjuangan damai di jalanan. Pembunuhan itu terjadi sejak April
2009. Pembunuhan Eric Logo di lingkaran Abepura menjadi awal pembunuhan aktivis
KNPB yang menerikan Papua Merdeka. Jumlah pembunuhan terus meningkat sejak
pembunuhan Teryoli Wea 1 Juni 2012 di Abepura.
Menurut Logo, orang Papua tidak bisa
lari dari kenyataan ini. Orang Papua dari berbagai kalangan dan golongan harus
menghadapi kenyataan ini dengan suatu kedasaran penuh. Orang Papua harus
menerikan hak kebebasan daripada membisu, mencari aman namun nasibnya sama.
” Indonesia tidak hanya membunuh yang
teriak Papua merdeka. Ko yang mau baik-baik, ko yang tidak baik, ko mati. Itu
misi negara ini. Suka tidak suka, bicara Papua. Lebih baik kita mati sambil
bicara Papua merdeka. Kita tidak bisa lari dari kenyataan”.
Ketua I. KNPB pusat, Agust Kosay
mengatakan pembunuhan itu satu kenyataan saat ini dan menjadi sejarah kolektif.
Banyak orang Papua terbunuh saat melakukan aktivitas yang melindunggi
Indentitas orang Papua. “Arnold Ap itu hanya menyanyi saja dibunuh. Banyak
orang lain nasib sama”.
Karena itu, menurut Kossay, orang Papua tidak
boleh menyia-nyiakan pembunuhan mereka. Generasi muda Papua harus mengahiri
pembantaian yang terus berlangsung. “Kita generasi ke III dalam perjuangan.
Kita tidak boleh diam. Kita harus lawan,”katanya.
Sumber : Jubi.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !